Lengkapi Perjalanan Anda di Pulau Mepar Riau

 


Kunjungan Anda ke Kabupaten Lingga rasanya tidak lengkap tanpa berwisata ke Pulau Mepar. Terletak persis di depan Pelabuhan Tanjung Buton, pulau ini tidak hanya indah tetapi juga kaya akan sejarah. Penduduknya yang ramah dan tradisinya yang sangat terjaga adalah bonus tambahan yang akan Anda temukan jika berkunjung ke sana. Tak lupa, cicipi kuliner khas mereka dan juga bawa berbagai kerajinan asli daerah sebagai oleh-oleh.

Secara administratif, Pulau Mepar merupakan bagian dari Kecamatan Lingga yang luasnya kurang lebih 5.000 m2, dengan jumlah penduduk sekitar 400 jiwa. Sebagian besar penduduknya bekerja sebagai nelayan, sedangkan sebagian lainnya bekerja di swasta atau pengrajin sementara. Umumnya mereka adalah suku Melayu, namun ada juga beberapa kepala rumah tangga (KK) yang berasal dari etnis yang beragam, termasuk Tionghoa. Jika Anda memasuki pulau ini, Anda akan disambut oleh sebuah rumah kayu, rumah khas nelayan yang berdiri di bibir pantai, sedikit menjorok ke laut. Sebuah dermaga beton berdiri kokoh, dihiasi oleh kapal-kapal kayu berukuran besar yang bersandar di tepi depan. Selain memiliki pelabuhan antar pulau, pelabuhan Mepar juga diketahui sering dikunjungi oleh kapal-kapal kargo berukuran cukup besar yang melayani rute ke berbagai wilayah di Kepulauan Riau, bahkan ada yang sampai ke kota-kota di Sumatera. Suasana kampung nelayan lebih khas begitu terlihat saat Anda melewati pintu masuk pulau. Jalannya semen, lebar dua meter, mengelilingi rumah-rumah yang berada di atas tanah. Di antara mereka, tumbuh pohon mangga yang rindang, nangka dan sawo. Salah satu dari dua titik, ada tanaman pandan. Terlihat cantik dan menenangkan.

Tidak jauh dari sana, jika Anda berjalan sedikit ke sisi belakang, Anda akan merasakan suasana yang berbeda dari sebelumnya. Dari titik ini agaknya, petualangan Anda menelusuri kembali sejarah pulau itu, dimulai. Tepat di belakang salah satu rumah kampung yang posisinya di antara perumahan warga yang berdekatan dengan kaki bukit, Anda akan menemukan makam Temenggung Jamaluddin dan Datuk Kaya Montel. Dua pemimpin pada masa pemerintahan kerajaan Lingga dimakamkan di sini bersama keluarga dan keturunannya. Setelah kunjungan religius ke pemakaman, lanjutkan perjalanan warisan Anda menuju bukit. Pada akhirnya, Anda akan menemukan situs bekas benteng dan benteng berbentuk L. Khusus di benteng segi empat, membentangkan tujuh meriam yang ditumpuk di atas bantalan semen. Moncongnya, seluruhnya menghadap ke laut, tepat ke arah pelabuhan Tanjung Buton. Meriam, sebelum dipindahkan ke puncak bukit, sebelumnya tersebar di beberapa titik. Salah satunya kini berada di posisi dekat pintu masuk Desa Mepar.

Kuliner khas pulau ini adalah : kerupuk ikan dan salai ikan tamban”. Kerupuk ikan asli buatan ibu rumah tangga Pulau Mepar ini sangat terkenal di Lingga. Rasa ikannya sangat enak, karena saat diolah, porsi ikannya lebih dominan dibanding campuran lainnya. Sedangkan “ikan tamban salai” rasanya rugi jika tidak mencobanya. Bagaimana cara makan camilan ini? Kupas kulit ikan salai, lalu beri saus jeruk nipis dan “sagu lemal”. Bagaimana rasanya? Begitu lezat!

Bagaimana menuju ke sana :

Menurut Dang Merdu Pergi ke Mepar sangat mudah, karena pulau ini tidak lebih dari satu mil dari Pelabuhan Tanjung Buton. Dari pelabuhan ini, Pulau Mepar terlihat sangat jelas dan untuk mencapainya hanya membutuhkan waktu kurang dari tujuh menit. Perahu pompong sederhana berbahan kayu yang berjejer rapi di dermaga pelabuhan Tanjung Buton, siap Anda bawa kapan saja ke Pulau Mepar. Tarif sekali jalan sangat murah. Hanya dengan Rp 5000.-, Anda sudah bisa menyeberang untuk sampai ke sana. Saat ingin kembali tidak perlu khawatir, tekong akan siap kapan saja untuk menyeberang ke Pelabuhan Tanjung Buton, jika sudah puas menjelajah pulau.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Game Pemain Tunggal

Desain Grafis Kuno dan Modern

Lensa Kontak - Perawatan dan Pembersihan yang Tepat